Rabu, 22 Juni 2011

buletin gema


Oleh:Halik
Ajaran agama Islam garis keras disinyalir telah disebarkan ke generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Ajaran ini ditanamkan oleh organisasi-organisasi Islam tertentu kepada para siswa melalui berbagai kegiatan agama yang diselenggarakannya.
Sempalan tersebut tidak hanya memberikan ajaran agama yang salah, organisasi-organisasi itu juga mencoba mencuci otak para siswa dengan membenturkan antara agama dengan masalah nasionalisme.
Fenomena radikalisme agama“ atau kekerasan atas nama agama tersebut menjadi pemandangan memilukan bahkan sudah terjadi di beberapa sekolah-sekolah  negeri. Dalam satu kasus di sebuah sekolah, para penyebar ajaran agama Islam yang keliru ini bahkan mencoba mempengaruhi sekolah untuk mengingkari pemerintahan sekarang.
Hal ini ditunjukkan dengan upaya dari mereka untuk mencopot gambar presiden dan wakil presiden dari ruang kelas, ketika sedang melaksanakan acara pengarahan.
Organisasi yang menganut Islam garis keras itu hanya mengakui satu pemerintah, yaitu pemerintahan Islam, khilafah Islamiyah
Hal serupa, juga rawan terjadi di kampus. Dalam hal ini, kelompok yang paling rawan disusupi paham yang salah ini adalah kelompok mahasiswa dari ilmu-ilmu eksak, yang terbiasa berpikir logis dan simpel.
Ketika NKRI dirasa tidak lagi memberikan kesejahteraan, kelompok mahasiswa ini akan dengan mudah menerima masuknya berbagai pemahaman lain, yang dirasanya akan memberikan lebih banyak dampak positif bagi dia dan keluarganya.
Ditambah dengan iming-iming keluarganya akan disejahterakan dan janji akan masuk surga dengan disambut bidadari, mereka pun tidak keberatan melakoni segala persyaratan, termasuk menjadi pelaku bom bunuh diri.
Bulan Ramadhan juga berpotensi dimanfaatkan sebagai peluang masuknya ajaran-ajaran yang keliru semacam itu. Banyak organisasi dikhawatirkan akan masuk ke sekolah-sekolah  dan kampus untuk menyebarkan pemahaman Islam garis keras melalui program pelatihan agama ataupun semacam pesantren kilat.
Mengacu kepada kondisi tersebut,sahabat-sahabat pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) serta alumni-alumni yang mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap peserta didik di sekolah-sekolah maupun di kampus- kampus harus  benar-benar selektif  mengembangkan organisasi yang ingin masuk,dari hal tersebut guru-guru di sekolah harus segera melakukan sesuatu untuk meminimalisir gerakan yang mengancam peserta didik di sekolah
Di sisi lain kita selaku warga pergerakan mahasiswa islam indonesia yang mempunyai tanggung jawab di sekolah mengembangkan intelektualitas juga sangat perlu dilakukan namun kita juga perlu  mengawasi dan meminimalisir dari berbagai ancaman-ancaman ideologi yang masuk dan  mengatasnamakan agama terhadap peserta didik di sekolah
Fundamintalisme keagamaan yang berkembang telah meluluh lantakan tatanan sosial,agama,politik dan ekonomi bahkan masa depan bangsa,sementara adanya pemerintahan fungsinya cendrung membiarkan berkembangnya ajaran Non-mainstrim yang bukan hanya sekedar menjadi komunitas baru ajaran islam tetapi justru  menjadi aktor penting dengan misinya yang memporak-porandakan peta islam di bangsa ini
Pendek kata, berkembangnya gerakan Non mainstrim,fungsi negara sudah semakin tdak menjanjikan,maka warga pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII) harus segara mengambil langkah yang strategis minimal mulai menanamkan nilai-nilai aswajah di usia dini di sekolah-sekolah untuk menyelamatkan generasi bangsa demi masa depan bangsa yang sesuai dengan harapan kita bersama-sama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar